Kamis, 29 November 2012

Kita Beda, Kita Sama (2007)



suatu hari kita jalan beriringan
bagai dawai biola yang mengalunkan sebuah melodi yang harmonis

kita pernah menangis bersama
maupun bergantian
kita saling mendengarkan
bagai air yang memeluk segalanya dan penghapus dahaga
bagai angin yang membelai kulit yang gerah
bagai kabar gembira yang menghapus kecewa di sukma


kita tertawa
hingga senja
hingga angin merestui
hingga nyaris maut menghampiri
hingga bumi marah mendengar kita tertawa
namun kita tertawa bagai musim hujan yang datang sewajarnya

bersama
kita lakukan bersama

dan senja menyapa
kita pulang ke peraduan
kita anak perempuan
kita punya kewajiban

ada orang tua
ada adik yang harus kita jaga
ada rumah yang harus kita pelihara
atau kita sibuk memanjakan jiwa dan raga

dan kita membaur dengan suasana masing-masing yang berbeda
melupakan tawa kita

lekas pejamkan mata, kawan
esok kita bertemu

kita beda, namun kita bersama

Jumat, 23 November 2012

LARON HANYA HIDUP SEHARI? ARE YOU SURE?


Awalnya saya iseng-iseng membuka facebook, seperti biasa saya hanya melakukan kerjaan meng-kepo-kan orang. Hihi
Hingga sampai pada satu status yang kurang lebih isinya seperti ini, “meskipun laron hanya hidup sehari, tapi mereka selalu mendekati cahaya. Dan bagaimanakah dengan kita, manusia? Yang hidupnya lebih lama dibandingkan dengan laron. Masih beranikah kita menjauhi cahaya-nya?”.
Nah, pada saat itu saya  kurang tahu apakah itu status murni dari buah pikiran sang empunya ataukah… entahlah saya tidak tahu.

ditambah, ketika teman saya, Lola Novitasari, main ke kosan saya, kami mendiskusikan hal serupa. bertambahlah rasa penasaran saya... wow
Jadi begini, untuk menghapus rasa penasaran saya. Akhirnya saya mencari tahu mengenai apakah benar laron hidup sehari? Apa iya dengan tiba-tiba saja laron muncul begitu saja dan mati begitu saja. Ya, memang hal ini cukup memalukan dipertanyakan oleh seorangmahasiswi semester vii pendidikan biologi pula! OMG.

baik, kita mulai yaaa…

jadi, menurut sumber yang saya bacaa… LARON ADALAH KOLONI RAYAP DEWASA YANG TERDIRI DARI RAYAP DEWASA JANTAN DAN RAYAP JANTAN BETINA. LARON AKAN KELUAR DAN TERBANG MENDEKATI SUMBER CAHAYA (UMUMNYA) PADA AWAL MUSIM PENGHUJAN.

TERNYATA RAYAP DEWASA ATAU LARON YANG TERBANG MENDEKATI SUMBER CAHAYA TERSEBUT TIDAKLAH SEMATA-MATA TERBANG KEMUDIAN MATI ATAU HILANG BEGITU SAJA. TAPI TUJUAN MEREKA TERBANG ADALAH:

          1.         MEMPERLUAS PENYEBARAN KOLONI RAYAP
          2.         MENEMUKAN PASANGAN

MENGAPA DEMIKIAN? DENGAN TERBANGNYA LARON MENUJU SUMBER CAHAYA, MEREKA DAPAT MEMPERLUAR JANGKAUAN PENYEBARAN KOLONI RAYAP, UNTUK MEMBENTUK KOLONI RAYAP BARU. MENGAPA BISA? KARENA KETIKA LARON TERBANG, MEREKA AKAN MENCARI PASANGAN. SETELAH LARON MENEMUKAN PASANGANNYA, SAYAP LARON AKAN TERLEPAS KEMUDIAN PASANGAN-PASANGAN LARON TERSEBUT AKAN JALAN SECARA BERIRINGAN. KEMUDIAN AKAN MENCARI CELAH-CELAH RUMAH ATAU KAYU ATAU MASUK KE DALAM LUBANG-LUBANG TANAH UNTUK MEMBENTUK SUATU KOLONI RAYAP YANG BARU. BAGI LARON YANG AKAN MENEMUKAN PASANGANNYA TERSEBUT, MEREKA AKAN MENJADI RAJA DAN RATU DI KOLONINYA YANG BARU.

dan BAGI LARON YANG TIDAK MENEMUKAN PASANGANNYA, MEREKA AKAN MATI.



begitu. hihi
jadi, laron itu usianya tidak hanya sehari yah, sudah pasti ada siklus hidup yang panjang bagi laron. karena laron merupakan bentuk dewasa daripada rayap.

Kamis, 11 Oktober 2012

Derita berbuah Surga (aamiin)





hidupmu derita
aku membaca dari linangan air mata yang ada
aku membaca dari suara parau yang terdengar
aku mencoba memahami ketika engkau bercerita

hidupmu kepahitan
hidup serba kekurangan
kekuatanmu adalah buah dari korban perasaan

derita mengikis kesombonganmu
derita mengikis keangkuhanmu
derita mengajarkanmu cinta kasih
derita membuatmu mencintai kami

kepahitan-kepahitan
kepahitan mewarisimu kekuatan
kepahitan mewarisimu ketangguhan
kepahitan mewarisimu keberanian\

ketika derita dan kepahitan bersatu,
dan kau nikmat dalam doa
dan kau larut dalam perbincanganmu dengan Tuhan
membuatmu bersyukur atas dunia dan isinya
dunia yang memberimu derita
dunia yang memberimu kepahitan
namun kau tidak kembali untuk mencacinya
engkau balik mengasihi di sisa waktumu

kulitmu akan meremaja
tiada lagi memar biru sebab dipatuk ayam
geligimu akan kembali lengkap
kau akan cantik lagi

rumahmu di dunia sangat besar
namun aku yakin tempat peristrihatanmu disana jauh lebih besar
baju yang kau kenakan tak mungkin lagi terukur harga
baju-baju terbaik dari Tuhanmu yang akan kau kenakan
kau tidak akan lagi meminum dari air kendi yang sejuk
kau akan meminum air dari sungai-sungai di tiap-tiap surga yang kau kehendaki
aamiin

derita dan kepahitan
bukan akhir hidupmu.
kurangkai kata dan cerita
bahwa pada akhirnya kau bahagia
sebab kau larut dalam manisnya berdoa

-We will always always loving you, Grandma... Grandad...-

Senin, 01 Oktober 2012

Arang Sekam Parung Farm




Hihi tebak patung ini terbuat dari apa hayo...?
Yap dari title di atas pasti sudah dapat ditebak kalau patung ini dibuat dari arang sekam (ya eyalah -_-). Patung ini saya buat ketika saya PKL di (lagi-lagi Parung Farm). Berawal dari keisengan tangan yang tadinya disuruh untuk memasukkan arang sekam ke dalam wadah yang nantinya akan menjadi media bagi sayuran yang ditanam dengan sistem hidroponik. Maka saya buat patung tersebut.

Ide ini mengalir begitu saja ketika saya melihat teman saya Rimba Berlianti membuat bola-bola dari arang sekam basah yang digumpalkan. Siapa kira kalau hidung dari boneka arang sekam tersebut adalah daun, dan siapa kira matanya terbuat dari butiran styrofoam.... haha. Ga hanya itu aja untuk membuat gambar di atas, mulutnya dan spot-spot yang ada di sekeliling patung tersebut dibuat dengan photoshop orang amatiran (baca: saya) hehe

DUKA 17 September 2012


Kronologi 17 September 2012
-Ketika disisipkannya kata Almarhumah


Almarhumah bernama Hj. Mayanah binti Yakub. Beliau adalah nenekku. Kami sebagai cucunya memanggilnya dengan sebutan enya. Walaupun semestinya dalam adat betawi lumrahnya enya berarti ibu, namun begitulah panggilan kami untuk nenek kami. Ya, enya berarti nenek untuk kami.
Tepat hari senin tanggal 17 September 2012 enya-ku wafat. Kabar itu datang pada malam selasa yang kurasakan suasanya malam memang sedikit sendu, di kosanku yang tepat berada di Ciputat. Selepas membaca Al-Qur’an aku termenung sejenak. Memang aku seperti itu. Senang sekali termenung dan membuang waktu. Tidak lama kemudian tanganku mulai meraih salah satu buku kuliah yang baru saja aku beli dari teman sekelasku, buku Profesi Keguruan karya Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi. Aku melihat-lihat isi buku tersebut dan mulai mencocokkannya dengan tugas makalah yang nantinya harus kupresentasikan beberapa minggu mendatang. Ternyata cocok, materiku ada disana. Aku senang. Notebook biru sederhanaku mulai kuhidupkan dan seperti biasa aku kembali termenung tak jelas….

Tiba-tiba handphone-ku berdering, disana tertera nama Fam. Aji Office. Fam. berarti family, Aji berarti bapak (Bahasa Bali), Office berarti kantor. Disebrang sana terdengar suara “Nenek udah engga ada Ia”. Suara itu tegas, dan…klik. Sambungan terputus.
Batinku mengawang, maksud bapakku itu apa? Nenek itu siapa? Aku tidak memiliki nenek. Kecuali hanya enya, dan aku tidak memanggilnya dengan sebutan nenek. Tetapi enya.
Hatiku mulai ketar-ketir. Jantungku mulai berdebar. Pikiranku kalut. Tubuhku gemetar. Apa maksud dari perkataan bapakku? Apa yang terjadi di Jakarta Timur? Di rumahku ada kejadian apa? Siapa nenek? Enya-ku kah?. Jemariku lincah mencari kontak-kontak mama, adik, dan saudara-saudaraku. Ya, darahku mulai mendidih karena tak satupun dari mereka mengangkat teleponku. Aku semakin takut. Pun sekali ketika sambungan teleponku diangkat oleh Teh Pipit, sepupuku. beliau Yang sedang bekerja seperti tidak tahu apa-apa. Dan aku memang sengaja tidak menceritakan kabar dari bapakku. Aku takut semua ini belum tentu benar adanya. Nihil, pembicaraan belum dapat hasil. Aku mulai menghubungi kakakku, Putri. Beliau pun demikian. Seperti tidak tahu kabar yang ada. Oh Tuhan, Ya Allah Ya Rabbi…Muhammad Nabi…. aku belum kehabisan akal, kuhubungi kembali nomor guruku MI sekaligus tetangga rumahku, Ibu Etty.

“Hallo… Assalamu’alaikum…Ibu…. Ibu….”. Aku berbicara tertahan, aku tak peduli bagaimana lagi nadanya hingga aku sadar sedari tadi sudah menangis tersedu-sedu.

“Iya Po…. Kenapa?”, jawab Ibu Ety.

“Ibu…. Enya kenapa Ibu.?” tanyaku menodong.

“Kenapa Enya, Po…?”. Baik. Aku menyimpulkan bahwa beliau belum tahu kabar dari bapakku.

“Apa bener enya meninggal, Bu…?”.

“Lah, Ibu ga tau Po, coba Ibu tanya ke reno dulu ya”.

“Iya Ibu…”.
Pembicaraan terhenti. Sambungan diputus. Reno adalah tetangga ibu ety. Ya, reno juga adalah tetangga rumahku di Jakarta Timur.

Tangisku berlanjut. Handphone kembali berdering…
“Po…. iya Po, bener… enya udah engga ada po”. jelasnya, hati-hati.
aku diam.

“Yang sabar ya Po,…”. Lanjutnya

“Iya Ibu, makasih ya Bu. Assalamu’alaikum….”. Sambungannya kumatikan. Aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Sekuat aku mampu menangis. Pada tiap-tiap linangan air mata, aku menyaksikan kenangan-kenangan indah dalam hatiku. Ya Allah…. Ya Tuhanku…. Benarkah…. Aku tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Sungguh….

puas aku menangis, kututup malam itu dengan membacakan surat Yasin khusus untuk enyaku tercinta. tidurku terisak.
***

Keesokan harinya, selasa pukul 04.00 WIB tepat aku terbangun dari tidurku. Memastikan apakah kabar semalamm masuk dalam mimpi-mimpiku atau nyata. Tapi ternyata isak tangisku masih tersisa. Sesekali aku sesenggukan. Mataku sayu, sembab, terasa berat.
Cepat-cepat aku menguatkan hati, merapikan tempat tidur dan mantap melangkahkan kaki ke kamar mandi. Aku mandi sambil menunggu adzan shalat shubuh dikumandangkan. Setiap basuhan air mataku menetes hingga aku selesai mandi.
***

Shalat shubuh kali ini berbeda. Begitu sendu dan sedih. Masih saja aku menangis pelan. Aku merasa lebih dekat dengan tuhanku. Aku lebih meminta pada tuhanku. Aku tak menyangka di akhir shalat shubuh itu aku akan menyisipkan satu nama di belakang nama kakekku H. Romli Bin H. Usman yaitu H. Mayanah Binti Yakub. Ya, itu nama nenek atau enyaku. Doa itu mengalir begitu tulus dan syahdu. Aku berdoa seolah aku meminta agar tuhan menghidupkan enyaku kembali, walau aku tahu itu tidak akan mungkin. Betapa buta aku saat itu.

***
Kulipat mukena dan sajadah. Kugantungkannya dengan rapih. Kupandangi keduanya dengan nanar. Begitu kosong pandanganku. Aku merasa begitu rapuh. Kembali kuingat kenangan-kenangan indah bersama enya….

Saat beliau merawatku di waktu aku kecil…
Saat beliau menimangku di dalam ayunan…
Ketika beliau menyuapiku…
Ketika beliau senang aku makan sangat banyak…
Ketika beliau memberikan aku makanan-makanan yang aku suka…
Sewaktu beliau bersenda gurau…
Membicarakan masalah kehidupan…
Masalah lelaki….
Masalah perjuangannya…
Pahitnya hidup…
Cerita beliau tentang tuhan… penghambaan kepada tuhan…

Masih banyak sekali. Aku tak mampu mengingat karena begitu banyak…. Aku terbuai dalam lamunan

***

Pukul enam aku meluncur dengan jasa kendaraan bermotor, sang pengendara berjanji akan menempuh perjalanan Ciputat-Rawa Kuning (Jakarta Selatan-Jakarta Timur) dalam waktu satu jam. Ya, pukul tujuh. Sepanjang perjalanan aku menangis. Ya allah…

***
Ketika aku sampai tepat di depan gang rumahku, terpasang bendera kuning. Begitu banyak ibu-ibu dan bapak-bapak memasuki gang tersebut. Tangisku pecah. Isakku menjadi. Semakin dalam kulalui gang sempit itu semakin jelas kulihat daun pintu rumah enyaku. Rumah enyaku sesak dipenuhi oleh orang-orang yang bermaksud untuk menyelawat. Hatiku terguncang. Kubekap mulutku kuat-kuat dengan sapu tangan yang sedari kosan ku genggam erat untuk menyeka air mataku yang mengalir bersahaja. Langkahku begitu gemetar, dan aku mulai menyusup diantara wanita renta. Jenazah enyaku sedang dibacakan doa. Aku tau tangisku kencang meski mulutku tertutup rapat sapu tangan. Kacamataku berembun. Rapat sekali orang. Mana enyaku. Aku ingin bertemu enyaku.
Tangisku yang kencang rupanya mengundang perhatian.oomku menghampiri, dan kami saling memandang tanpa kata. Kami hanya mampu menangis. Oh tuhan…… ya allah ya rabbi…. Muhammad nabi….

***

Doa selesai dibacakan. Aku kembali menyusup melewati para penyelawat. Kulihat sebujur tubuh terbaring layaknya sedang tidur. Terbungkus kain batik yang masih pekat warnanya. Tubuh itu tertutup rapat keculai bagian wajah. Tangisku pecah utnuk kesekian kalinya. Aku mulai sesenggukan dahsyat. Aku menangis seperti layaknya meminta enya agar bangun. Menyapaku. Ya allah ya tuhan….
Aku merasa begitu dekat… beliau seperti masih ada disini. Beliau terlihat seperti tersenyum. Bibirnya melukiskan senyum indah. Tak seperti biasanya seawktu beliau masih hidup. Kerut di bagian atas bibirnya tidak seperti senyum kali ini.

Enya… ini riah enya…
Enya bangun…
Enya ini riah enya….
Enya…
Enya bangun…
Enya…

enyaku tidur begitu pulas…. Tak bangun lagi.
*****

Senin, 17 September 2012

PKL at PT. Parung Farm-Bogor

Liburan semester enam kemarin, kami sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan PKL tersebut saya laksanakan di PT. Parung Farm-Bogor. Saya yakin ada beberapa orang yang merasa asing dengan nama perusahaan pertanian hidroponik tersebut yang sebenarnya keberadaannya cukup familiar di beberapa market terkemuka di sekitar kita. Karena pada awalnya pun saya demikian :D . Saya mengetahui keberadaan PT. Parung Farm pun dari seorang teman saya, Lola Novitasari yang secara kebetulan bertempat tinggal tidak jauh dari PT. Parung Farm yang beralamat di Jl. Raya Parung No. 546 Parung, Bogor. Pelaksanaan Praktik  Kerja Lapangan (PKL)  ini kami laksanakan  mulai tanggal 4 Juli 2012 s/d 4 Agustus 2012.
Berikut merupakan beberapa potret di Parung Farm yang sempat saya abadikan menggunakan Nokia X5 jadul kesayangan saya :) .




Sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)




Greenhouse Produksi, di greenhouse ini merupakan tempat pemeliharaan tanaman dari penanaman anak semai sampai tiba waktunya panen :)



Kebun Anggrek, PT. Parung Farm tidak hanya memproduksi sayur mayur hidroponik, di tempat tersebut juga menjual beraneka macam tanaman anggrek :)



Ini kawan baik saya, Lola Novitasari. Beliau sedang menanam anak semaai bayam pada sistem NFT :D



Beliau ini Bapak Djoko  Waluyo, tutor sekaligus selaku Pembimbing II kami dalam mengerjakan laporan PKL :)




"Begitu menyenangkan berada di sana, hamparan sayur mayur yang hijau, lambaian dedaunan pohon rindang. Seharian berada di sana tidak akan membuatmu bosan menikmati pemandangan bernuansa hijau"